Ratibul Haddad

Ratibul Haddad (youtube.com/NU Online) 

Salah satu dzikir yang sering dibaca oleh kalangan masyarakat Muslim secara luas, khususnya di Nusantara, adalah Ratibul Haddad. Dalam PAC GP Ansor Besuki sendiri, Ratibul Haddad rutin dibaca bersama-sama di Majelis Dzikir dan Sholawat (MDS) Rijalul Ansor setiap malam Selasa. Ratibul Haddad adalah dzikir yang disusun oleh seorang ulama terkemuka dari Hadramaut, yaitu Abdullah bin ‘Alawi bin Muhammad al-Haddad. Beliau adalah seorang mujaddid (pembaharu) pada masanya. Karya tulis beliau terbilang cukup banyak dan tersebar di berbagai belahan dunia, di antaranya adalah an-Nashaih ad-Diniyah dan Risalah al-Mu’awanah, dan an-Nafais al-‘Alawiyah fi al-Masa’il as-Shufiyah.  

Ratibul Hadad disusun pada tahun 1071 hijriah. Itu bermula ketika para pemuka Hadramaut merasa khawatir akan masuknya kelompok Syi'ah Zaidiyah di wilayah Hadramaut. Mereka khawatir akidah Syi'ah Zaidiyah akan mempengaruhi terhadap keyakinan orang awam yang sejak lama berpegang teguh pada akidah Ahlussunnah wal Jama’ah yang telah diajarkan oleh para Salafus Shalih. Berdasarkan hal ini, mereka menghadap kepada al-Qutb Abdullah bin ‘Alawi al-Haddad agar diberi bacaan supaya hal yang mereka khawatirkan tidak terjadi. Beliau pun menuliskan wirid yang nantinya dikenal dengan nama Ratibul Haddad ini. Semenjak itu, bacaan Ratibul haddad banyak dibaca di berbagai tempat di penjuru dunia hingga sekarang.

Di bawah ini adalah bacaan Ratibul Haddad yang menjadi bacaan rutin saat MDS Rijalul Ansor di PAC GP Ansor Besuki. 


Ratibul Haddad ini bisa juga diunduh melalui tautan ini


Bagikan:

Sanad Itu Penting!

Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Menjadi pribadi yang berilmu menjadikan diri kita memiliki derajat yang lebih tinggi. Namun, bila ilmu tanpa memiliki sanad, maka gurunya tak lain dan tak bukan adalah setan. Mengapa? Karena ilmu agama bukan ilmu yang sifatnya coba-coba, tetapi ini menyangkut perilaku akhlak dunia dan akhirat. Salah pengamalan akan mengantarkan pada kesesatan. Jika ingin memiliki ilmu agama yang benar, maka hendaklah menghadiri majelis taklim yang dibimbing oleh ustaz atau ulama.

Ilustrasi para santri di pesantren (unsplash.com/Mufid Majnun)

Belajar agama tidak cukup dengan membaca buku-buku, apalagi sebatas terjemahan, menonton Youtube, atau mendengarkan podcast semata. Ilmu yang didapat dari sosok guru yang jelas dan mempunyai sanad, maka muaranya akan menghasilkan ilmu yang bisa menentramkan hati dan menjernihkan akal pikiran, bukan justru menghasilkan kegemaran dalam saling menyalahkan.

Kita tahu di era kiwari banyak sekali fenomena yang membuat hati miris. Amat banyak oknum yang berlabel ustaz atau ulama dengan mudah mengadu domba antarmasyarakat menggunakan dalih-dalih dari ayat-ayat Al-Qur’an. Hal ini tak ayal membuat masyarakat berpikir bahwa pemahaman agama dalam dirinya adalah pemahaman yang paling benar dan kemudian menyalahkan pemikiran dan pemahaman orang lain di luar dirinya, seperti halnya pertikaian statement benar dan salah yang acap kali terjadi.

Keadaan kini telah mencemaskan dan memprihatinkan. Betapa mudah dan jamak dijumpai di zaman ini orang-orang yang tidak jelas diketahui kepada siapa ia pernah belajar agama, tidak jelas dikenal telah berapa lama mereka pernah mengaji, dan tidak jelas dan teruji pula keilmuannya dalam bidang agama. Lalu, dengan tiba-tiba mereka dengan pongah menyandang gelar “ustaz”, bahkan anehnya ada yang baru saja menjadi mualaf, memberikan ceramah berapi-api, tapi isinya propaganda dan agitasi belaka.

Mayoritas ceramah mereka nirguna dan hanya didominasi hujatan, cercaan, dan cacian kepada siapa pun di luar golongannya. Mungkin, mereka pikir memberi ceramah agama adalah profesi yang mudah mendatangkan cuan dan bisa mengangkat kehormatan yang bisa digunakan untuk tujuan duniawi sembari bersembunyi di balik narasi kemaslahatan umat dan kemanusiaan. 

Di lain pihak, orang-orang yang belajar agama belasan, bahkan puluhan tahun di pesantren akan merasa heran dan tak habis pikir mengapa banyak orang mau bermakmum di belakang para “ustaz” seperti itu dengan segala kefanatikannya. Imam Bukhari di dalam kitab Shahih Bukharinya berkata, 

تعلموا العلم قبل الظانين 

“Mengajilah (belajarlah) dengan bersungguh-sungguh sebelum kamu bertemu dengan masanya orang yang berbicara ilmu yang hanya bermodalkan prasangka”. Kutipan Imam Bukhori tersebut lantas disyarahi oleh Imam Nawawi yang berbunyi,

تعلموا العلم من اهل العلم المحققين الوارعين قبل مجيئ قوم يتكلمون بظنونهم التي ليس لها مستند شرعي

“Mengajilah (belajarlah) dengan bersungguh-sungguh kepada orang yang benar-benar berilmu sebelum kamu bertemu dengan masanya orang yang berbicara ilmu yang hanya bermodalkan prasangka tanpa sandaran yang jelas”.

Maqolah kedua ulama di atas menunjukkan kepada kita pentingnya berilmu kepada guru atau ulama yang memiliki sanad yang jelas. Hal ini yang akan kemudian mampu menjauhkan kita dari kesesatan dalam beragama. Ulama adalah pewaris para nabi. Setelah kenabian ditutup dengan diutusnya Rasulullah saw., maka warisan keilmuan keagamaan berada dalam tanggung jawab para ulama. Penting untuk menengok, mempelajari, dan belajar langsung kepada para ulama untuk menjaga kesinambungan ilmu dari Rasulullah saw. 

Fenomena lain yang membuat miris sekaligus prihatin adalah banyaknya muslim yang kurang hati-hati dan selektif dalam memilih ulama atau ustaz dalam belajar agama. Di zaman ini, masyarakat muslim memiliki tendesi untuk berhati-hati dan selektif dalam urusan dunianya saja. Ambil contoh bila seseorang sedang sakit, maka ia akan sangat hati-hati dalam mencari dokter sekaligus rumah sakit yang akan merawatnya. Ia akan lebih memilih dokter spesialis cum berpengalaman untuk membantunya mencapai kesembuhan. Abdullah bin Mubarak rahimahumullah di kitab Shahih Muslim berkata,

الإسناد من الدين لولا الإسناد لقال من شاء على ما شاء

“Sanad adalah bagian dari agama. Kalau bukan karena sanad, pasti siapa pun bisa berkata dengan apa yang dia kehendaki”. 

Sayangnya, di zaman ini para ustaz gadungan mendominasi dan mengalirkan paham liberal kepada masyarakat awam tanpa mengkaji sesuatu yang disampaikannya dan lebih ironisnya lagi masyarakatnya pun tidak mengkaji dan meneliti apa yang disampaikan mereka.

Jangankan isi atau substansi yang disampaikan, kriteria seseorang bisa disebut sebagai ustaz pun tidak dipedulikan dan diperhatikan. Imam Bukhari yang terkenal sebagai ahli hadis mempunyai guru yang berjumlah 1.080 ulama. Jadi, dapat disimpulkan jika belajar agama tanpa guru sangat rawan gagal paham akan dalil-dalil dalam agama, dan rawan dengan kesesatan. Jika seseorang ingin mengetahui makna yang  terkandung dalam Al-Qur’an tanpa proses belajar dari bimbingan guru atau ulama niscaya ia akan menemui kesulitan dan merasa waswas dalam beragama. 

Seyogianya, masyarakat harus memiliki guru yang mempunyai kemampuan dan sanad keilmuan yang jelas. Ini penting karena sanad ilmu menunjukkan pentingnya otoritas dalam berilmu agama. Terlebih bagi masyarakat muslim yang masih awam dan tidak memiliki kemampuan menggali serta meneliti suatu persoalan dalam ilmu agama, maka ia diwajibkan memiliki guru yang dapat membimbingnya agar tidak tersesat dalam pemahamannya.

Wallahu ’Alam Bisshowab

Oleh: Muhammad Haris Miftah Sibawayhie 

Penulis adalah alumni Pondok Pesantren Al Falah, Ploso Mojo, Kediri dan sekarang sedang mengambil Sarjana Strata 1 pada Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, UIN Sunan Ampel, Surabaya

Bagikan:

PD PRT Ansor Terbaru

Berikut adalah Peraturan Dasar (PD) dan Peraturan Rumah Tangga (PRT) Gerakan Pemuda Ansor hasil Kongres XV GP Ansor Tahun 2015 di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta cetakan I, Dzulhijjah 1437 H / September 2016 M yang diterbitkan oleh Sekretariat Jenderal Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Jl. Kramat Raya No. 65A Jakarta Pusat 10450.

PD PRT di atas bisa diunduh di tautan ini

Bagikan:

PO Ansor Terbaru

Berikut adalah PO (Peraturan Organisasi) Gerakan Pemuda Ansor hasil keputusan Konferensi Besar XXIII Gerakan Pemuda Ansor Tahun 2020 Nomor: 9/KONBES-XXIII/IX/2020. Peraturan Organisasi ini ditetapkan sebagai pedoman bagi seluruh jajaran Gerakan Pemuda Ansor yang memuat ketentuan dalam Sistem Kaderisasi Gerakan Pemuda Ansor. 


Peraturan Organisasi GP Ansor di atas bisa diunduh melalui link ini.

Bagikan:

Gandeng PPDiS dan GLN, PAC GP Ansor Besuki Bicara Isu Disabilitas

Ketua PAC GP Ansor Besuki, Hendra Fatayasin, membuka kegiatan diskusi inklusi dengan tajuk Ekualitas dalam Realitas yang merupakan kegiatan kolaborasi antara GP Ansor Besuki dengan Pelopor Peduli Disabilitas Situbondo (PPDiS) dan Gerakan Literasi Nahdliyyin (GLN) dengan mengikutsertakan anggota GP Ansor sekecamatan Besuki, IPNU dan IPPNU Besuki, dan para pegiat literasi di kota yang berjuluk The Second City of Situbondo.

“Kegiatan ini sebenarnya sudah diwacanakan sejak lama. Namun, baru bisa terlaksana sekarang mengingat padatnya kegiatan Ansor beberapa pekan lalu,” katanya di Aula MWC NU Besuki (31/03/2022). Lebih lanjut, pimpinan Ansor Besuki ini berharap kegiatan kolaboratif dengan PPDiS tidak selesai hanya dengan diskusi saja, tapi ada program nyata lainnya yang menyentuh langsung dengan penyandang disabilitas terutama di kecamatan Besuki.

Acara ini menghadirkan pentolan PPDiS, yayasan yang getol mengadvokasi para penyandang disabilitas khususnya di Situbondo, yakni Luluk Ariyantiny, ketua Yayasan PPDiS, Santoso, manajer program PPDiS, dan Marlutfi Yoandinas, pembina Yayasan PPDiS. 

Acara tersebut mediskusikan isu-isu seputar disabilitas, kesetaraan, dan realitasnya di kehidupan sosial. Mas Lutfi, sapaan Marlutfi Yoandinas, memaparkan bahwa para penyandang disabilitas kerap diperlakukan berbeda, entah oleh keluarga atau masyarakat di sekelilingnya. “PPDiS telah melakukan sejumlah hal untuk mengadvokasi penyandang disabilitas seperti mendorong pemenuhan aksesibilitas di tempat pelayanan publik dan ikut mendorong lahirnya Perda No. 3 Tahun 2018,” tambahnya. 

Sesi foto bersama antara peserta diskusi yang dihelat di gedung MWC NU Besuki (ansorbesuki.blogspot.com/Istimewa)

Selanjutnya, Luluk Ariyantiny pada acara tersebut banyak bercerita mengenai pengalaman pribadinya sebagai penyandang disabilitas fisik sejak lahir dan beragam sokongan yang ia dapat dari orang-orang di sekitarnya. “Disabilitas kerap mendapat stigma di masyarakat. Banyak orang melihat disabilitas dengan pandangan kasihan atau charity-based yang bertolak belakang dengan konsep memanusiakan manusia. Padahal, sudah banyak peyandang disabilitas yang mandiri dalam berbagai hal,” jelas wanita yang lahir tahun 1974 ini.


Reporter: Abdul Latif

Penulis: Abdul Latif

Editor: Ahmad Faiz


Bagikan:

PAC GP Ansor Besuki Bersua Kader-Kader Senior

Pemberian cendera mata untuk kader senior GP Ansor Besuki yang diserahkan oleh Ketua PAC GP Ansor Besuki, Hendra Fatayasin (ansorbesuki.blogspot.com/Sofyan Wanandi) 

Sabtu (12/03/2022), PAC GP Ansor Besuki menghelat sebuah kegiatan untuk mempertemukan kader-kader yang saat ini sedang berkhidmah dengan para senior yang telah lebih dulu mengabdikan dirinya di GP Ansor di Besuki. Kegiatan yang bertajuk Reuni Akbar dan Peringatan Isra Mikraj tersebut digelar di Gedung Eks-Keresidenan Besuki, sebuah gedung yang bernilai historis bagi warga Besuki.

Kegiatan yang baru pertama kali diadakan tersebut menghadirkan para senior yang berkhidmah di GP Ansor Besuki dari zaman Orba hingga masa reformasi sekarang. Bersama puluhan kader dari sepuluh Pimpinan Ranting GP Ansor di sepuluh desa di Besuki, turut pula hadir Habib Husein bin Syekh Abu Bakar, pembina GP Ansor Kab. Situbondo, dan Edy Wiyono, ketua Satkorcab Banser Situbondo. Kegiatan tersebut juga dimeriahkan oleh grup hadrah Da’watus Syubban di bawah manajemen Pimpinan Ranting GP Ansor Langkap.

Habib Husein mengapresiasi kegiatan yang dinisiasi oleh PAC GP Ansor Besuki. Beliau mengatakan bahwa PAC GP Ansor Besuki bisa jadi contoh bagi PAC-PAC yang lain. “Jangan setengah-setengah berkhidmah di Ansor!” tegas beliau. “Tidak diundang (di kegiatan Ansor, Red.), tidak hadir. Diundang juga, tidak hadir di kegiatan Ansor. Hadirlah di kegiatan-kegiatan Ansor untuk akidah Ahlussunnah wal Jamaah,” ujar Habib yang notabene pembina GP Ansor di Kab. Situbondo ini.

Abdul Latif, ketua panitia acara tersebut, saat diwawancarai kru Aksara mengatakan bahwa acara ini bertujuan mewadahi pertemuan antarkader yang berkhidmah di GP Ansor Besuki. Selain ingin mendengarkan romantisme dan nostalgia saat masa perjuangan dulu, kader-kader yang saat ini berkhidmah juga ingin memetik pelajaran dari asam garam dalam berjuang. “Jadi, dari perjalanan para senior yang telah lebih dulu berkhidmah di Ansor Besuki, kita ingin Ansor Besuki belajar untuk bisa menjadi episentrum gerakan pemuda NU di Situbondo ini,” tandas pria jebolan UIN KHAS Jember itu. 

Kegiatan yang mendapatkan pengamanan internal dari Satkoryon Banser Besuki ini didukung pula oleh pengamanan dari personel-personel Polsek Besuki, sehingga acara berjalan khidmat dan lancar.


Reporter: Gazali A.

Penulis: Gazali A.

Editor: Ahmad Faiz

Bagikan:

Peringati Harlah NU, PAC GP Ansor Besuki Gelar Ziarah Muassis NU

Setelah melakukan ziarah makam ke asta K.H.R. As’ad Syamsul Arifin pada awal bulan Februari ini, PAC GP Ansor Besuki kembali mengadakan ziarah makam ke para muassis (pendiri) Nahdlatul Ulama pada Sabtu—Ahad (19—20/02/2022). Kegiatan ini merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh PAC GP Ansor Besuki dalam memperingati Harlah ke-99 Nahdlatul Ulama pada 16 Rajab 1443 hijriah atau bertepatan dengan 17 Februari 2022.

Sebanyak 38 pemuda Ansor Besuki ambil bagian pada kegiatan tersebut. Mereka berasal dari sepuluh Ranting Ansor yang ada sekecamatan Besuki dan beberapa pengurus Pimpinan Anak Cabang di kecamatan Besuki. Dengan menggunakan sebuah bus, mereka bertolak ke Bangkalan pada Sabtu malam untuk menziarahi makam Syaikhona Muhammad Kholil bin Abdul Lathif, ulama besar yang juga menjadi guru bagi Hadratussyaikh K.H. Muhammad Hasyim Asy’ari dan K.H.R. As’ad Syamsul Arifin.

Setelah dari Bangkalan, ziarah berlanjut ke makam Sunan Ampel di dalam kompleks Masjid Agung Ampel, Surabaya. Sunan Ampel adalah salah seorang wali di antara wali sanga yang menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa pada sekitar abad XIV. Setelah dari Surabaya, ziarah berlanjut ke kota Jombang untuk menziarahi makam Hadratussyaikh K.H. Muhammad Hasyim Asy’ari di Ponpes Tebuireng, makam K.H. Abdul Wahab Chasbullah di Ponpes Tambakberas, dan makam K.H. Bisri Syansuri di Ponpes Denanyar. 

Rombongan PAC GP Ansor Besuki di depan makam pendiri dan pengasuh ponpes Darul Ulum (ansorbesuki.blogspot.com/Istimewa) 

“Ziarah memang sengaja diawali dari Bangkalan karena ingin mengenang bahwa NU berdiri setelah Hadratussyaikh K.H. Muhammad Hasyim Asy’ari mendapat restu dari guru beliau, yakni Syaikhona Muhammad Kholil yang astanya ada di Bangkalan,” jelas Hendra Fatayasin, ketua PAC GP Ansor Besuki dalam keterangan tertulis yang diterima Aksara.  

Reporter: Nito S.

Penulis: Nito S.

Editor: Ahmad Faiz

Bagikan:

Touring Ziarah PAC GP Ansor Besuki

Pembacaan Doa Safar yang dipimpin oleh K.H. Moh. Hafidz Sibawayhie Sy. sebelum keberangkatan perjalanan (ansorbesuki.blogspot.com/Istimewa) 

Ahad pagi (06/02/2022), PAC GP Ansor Besuki melaksanakan ziarah ke makam salah satu pendiri Nahdlatul Ulama, yakni K.H.R. As’ad Syamsul Arifin di Ponpes Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo. Kegiatan ziarah kali ini dikemas dengan sedikit berbeda oleh PAC GP Ansor Besuki, yaitu dengan melakukan touring menggunakan sepeda motor dari kecamatan Besuki ke Sukorejo yang notabene berada di kecamatan ujung timur kabupaten Situbondo. 

Ponpes Nurul Wafa, menjadi tempat pemberangkatan kegiatan ziarah tersebut. Sebelum berangkat, K.H. Moh Hafidz Sibawayhie Sy, pengasuh kedua Ponpes Nurul Wafa, memimpin doa safar memohon kepada Allah Swt. agar melancarkan perjalanan ziarah para pemuda Ansor ini. Pemberangkatan ziarah itu juga mendapat pengawalan dari personel Polsek Besuki. 

Menurut ketua PAC GP Ansor Besuki, terdapat empat puluh sahabat Ansor (sapaan khas antaranggota Ansor, Red.) yang ikut ambil bagian dalam kegiatan tersebut. Jumlah itu berasal dari sepuluh Pimpinan Ranting di bawah PAC GP Ansor Besuki. 

Di asta kiai kharismatik yang lahir di kota Mekkah ini, segenap pemuda Ansor dengan khidmat membaca Surah Yasin dan Tahlil mendoakan sosok yang membawa tongkat dan tasbih dari gurunya, Syaikhona Muhammad Kholil bin Abdul Lathif, ke Hadratussyaikh K.H. Muhammad Hasyim Asy’ari. Ketiga ulama inilah bersama K.H. Wahab Chasbullah, K.H. Bisri Syansuri dan ulama-ulama lain mendirikan Nahdlatul Ulama pada 96 tahun silam, tepatnya 31 Januari 1926.

Selepas ziarah, konvoi motor PAC GP Ansor Besuki berhenti di kediaman sahabat Yogie Kripsian Sah, ketua PC GP Ansor Situbondo. Di rumah asri milik pria kelahiran 1986 ini, PAC GP Ansor Besuki yang digawangi Hendra Fatayasin melakukan silaturrahim. Pada kesempatan tersebut juga sahabat Yogie memberikan cendera mata, yaitu buku yang berjudul Kapita Selekta Gagasan Berdesa yang ditulis oleh sahabat Yogie sendiri pada tahun 2019 silam.

Moh. Sobri, sekretaris PAC GP Ansor Besuki, yang diwawancarai seusai acara mengatakan bahwa kegiatan ini adalah rangkaian kegiatan yang dihelat PAC GP Ansor Besuki dalam rangka memperingati Harlah ke-96 NU. “Peringatan harlah itu sebenarnya bukan selesai di acara seremonial saja. Namun, lebih kepada menanamkan semangat kembali, seakan NU baru lahir kembali pada masa-masa awal dengan semangatnya yang menggebu untuk membentengi NKRI dari paham-paham yang bisa merusak keutuhan NKRI,” pungkasnya. 


Reporter: Faqih Sanusi

Penulis: Faqih Sanusi

Editor: Ahmad Faiz

Bagikan:

PAC GP Ansor Besuki Gelar Temu Kader

Memasuki tahun 2022, Pimpinan Anak Cabang GP Ansor Besuki mengadakan acara Temu Kader Alumni PKD I dan Diklatsar I, Ahad sore (16/01/2022). PKD dan Diklatsar sendiri merupakan pengkaderan tingkat dasar dalam organisasi yang didirikan oleh K.H. Abdul Wahab Chasbullah ini.

Acara yang dilaksanakan secara sederhana tersebut bertempat di lapangan Pasar Senin, desa Kalimas dengan mengundang lulusan PKD (Pelatihan Kepemimpinan Dasar) dan Diklatsar (Pendidikan dan Latihan Dasar) yang keduanya pertama kali sukses dihelat oleh PAC GP Ansor Besuki beberapa bulan yang lalu. Sebagai catatan, hanya mantan peserta PKD I dan Diklatsar I yang berdomisili di kecamatan Besuki yang diundang pada acara temu kader kali ini.

Pembina PAC GP Ansor Besuki, Moh. Djufri, hadir mendampingi ketua PAC GP Ansor Besuki, Hendra Fatayasin dan kepala Satkoryon Banser Besuki, Abdul Rasyid. Moh. Djufri dalam sambutannya mendorong agar pimpinan ranting segera membentuk Satkorkel (Satuan Koordinasi Kelompok) di tiap-tiap desa sebagai tindak lanjut dari kegiatan Diklatsar sekaligus memberikan wadah bagi sahabat-sahabat (sapaan khas antaranggota Ansor dan Banser, Red.) Banser untuk berkhidmah di pimpinan ranting GP Ansor masing-masing. 

Penyerahan sertifikat Diklatsar bagi para peserta Diklatsar I di PAC GP Ansor Besuki (ansorbesuki.blogspot.com/Istimewa)

Hendra Fatayasin, ketua PAC GP Ansor Besuki, saat diwawancarai selepas acara tersebut mengatakan bahwa temu kader ini diinisiasi oleh Departemen Pendidikan dan Kaderisasi PAC GP Ansor Besuki yang dikomandoi oleh sahabat Gazali Ahmadi dan Gus Dafiq Ardiansyah. “Alhamdulillah, dengan diawali pembacaan Ratibul Haddad bersama tadi, kami siap memanaskan mesin organisasi di tahun yang baru dan siap menyongsong satu abad Nahdlatul Ulama atau An-Nahdlah Ats-Tsaniyah,” tambah Hendra.


Reporter: Moh. Sobri

Penulis: Moh. Sobri

Editor: Ahmad Faiz


Bagikan:

Jadwal Sholat

Statistik Halaman

Flag Counter